MODERN DAN
MODERNISASI
Modern dan
modernisasi adalah dua istilah yang sering di gaungkan pada zaman
sekarang, yang kebanyakan orang berfikir rasional atau yang lebih
mengedepankan akal pikiran. Berfikir rasonal oleh kebanyakan orang
pada zaman sekarang ini, dikatakan lebih keren dan modern lain halnya
dengan orang-orang yang berfikir irasional dianggap jadul dan kuno.
Padahal belum tentu, orang-orang berfikir rasional itu lebih baik
daripada orang-orang yang fikirannya irasional, kolot dan sederhana.
Alangkah
banyak orang yang ingin dikatakan modern. Ia khawatir bahkan tidak
mau, kalau tidak dikatakan “modern”. Apakah yang dimaksud dengan
modern tersebut? Jawabannya tidak begitu jelas ataupun masih
samar-samar. Rupa-rupanya yang dianggap modern bukan hanya apa yang
ia usahakan atau yang ia harapkan, tetapi sesuatu yang mesti ia
jalankan. Oleh sebab itu modern itu menujukan sesuatu yang dianggap
baik.
Tetapi
kenyataanya tidakalah seperti yang demikian. Senjata nuklir
umpamanya, sekalipun ia diadakan, ia bukan sesuatu yang lebih baik.
Bisa jadi senjata nuklir malah merupakan ancaman yang paling modern.
Demikian juga apabila orang berkata bahwa demokrasi adalah modern,
tetapi fesisme lebih modern daripada itu. Ternyata fesisme itu
membawa penindasan dan kekejaman yang luar biasa dalam sejarah.
Hal ini yang menyebabkan manuusia tidak nyaman dan teraniyaya
pada kehidupan mereka yang amat berat.
Orang
mengatakan kota seperti jakarta adalah modern. Tetapi akibat dari itu
gubug-gubug liar tersebut tumbuh tiadak terkendalikan, trasportasi
lalu lintas di jalan-jalan pada macet dan kriminalitas meningkat.
Memang kenyataanya banyak sekali bahwa yang dikatakan modern tersebut
justru merupakan malapetaka dan acmanan bagi orang. Orang seringkali
mendengar bahwa ruamah-rumah yang dikatakan kuno ternyata lebih 50
atau 100 tahun umurnya masih tetap kokoh berdiri. Tetapi rumah-rumah
yang modern, baru 10 atau 20 tahun saja sudah bnayak yang kropos. Hal
ini di sebabkan kecendrungan bekerja hanya untuk mendapatkan upah
belaka dan hilangnya kesadaran moral serta hilangnya harga diri dalam
pekerjaan yang ia laukan.
Kita juaga
mengetahui bahwa yang baik bagi kaum tardisonalis ialah yang sudah
lewat dan yang sedang berjalan. Modern itu menurut kaum tradisonalis
merupakan hal-hal yang menghancurkan nilai-nilai baik dan yang sudah
lalu. Bagi orang-orang semacam ini apa yang dikatakan modern adalah
sesuatu yang jelek dan merupakan anacaman bagi hal-hal yang baik.
Orang yang mempelajari jawa kuno adalah modern, dan bahasa asing
adalah kuno.
Jelaslah
yang demikian ini, bahwa apa yang dimaksud dengan modern belum begitu
jelas atau samar-samar. Tidak semua sesuatu yang baru itu modern, dan
tidak semua modern itu baik. Lebih dari itu, modern juga bukan
sesuatu yang di batasi dengan waktu. Orang tentu saja setuju traktor
lebih modern daripada cangkul, karena cangkul ini pertaama kali
datangnya sedangkan traktor menyusul kemudian. Tetapi jika traktor
tersebut merupakan acancaman bagi petani di pedesaan sudah barang
tentu hal ini harus kita renungkan kembali.
Banyak orang
berbicara tentang modernisasi hanya sekitar perkembangan ekonomi.
Indonesia dikatakan modern apabila kemiskinan sudah hilang. Itu bisa
juga dikatakan betul! Tetapi harus disadari bahwa masalah ekonomi
bukanlah masalah yang sederhana. Ia juga bukan masalah yang berdiri
sendiri tampa pertimbangan-pertimbangan yang lain. Negeri modern bisa
saja berarti bahwa negeri tersebut secara ekonomis produktif. Tetapi
bukan hanya itu, orang mengetahui bahawa pertumbuhan ekonomi tidak
berjalan begitu saja tampa merangkaikan dengan konteks kebudayaan dan
sejarah bangsa tersebut.
Menurut
Prof. Dr. H.A. Mukti Ali, beliau memberikan penjelasan tentang
modern. Beliau menjelaskan modern adalah kesadaran bahwa sejarah itu
bergerak karah tujuan tertentu. Jadi kesanggupan orang untuk
mengarahkan jalannya sejarah itulah arti modern. Untuk menjadi modern
tidak berarti bahwa orang harus hidup dalam lingkungan sengaja di
pilihin dan binaannya dengan penuh kesadarn; dan hal itu dimungkinkan
dengan adanya teknologi. Dengan itu maka modernisasi tidak terletak
pada apa yang dipilih orang, tetapi pada kenyataan bahwa ia sanggup
memilih, karena dapat mempergunakan segela kemungkinan yang terbuka
baginya.
Dengan
demikian itu maka kebodohan merupakan halangan bagi modernisasi.
Orang yang tidak mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada
Abad 21 ini tidak bisa dikatakan modern. Dengan demikian kesadaran
dan teknologi yang dipilih sesuai dengan konteks kebudayaan dan
sejarah di tempat orang itu berada, dan dilaksanakan dengan kesadaran
merupakan dasar dari modernisasi.
Waallahu
a'lam bishawab.
Wassalam,
Amin
haidar, Sumber Cirebon , Indonesia 2013